Singkat Cerita di Negeri Senja
Kali ini saya
akan menceritakan kembali secara singkat, yaitu isi dari novel Negeri Senja
karya Seno Gumira Ajidarma. Tak seperti judulnya yang menggambarkan keindahan,
novel Negeri Senja justru seperti cerita kelam yang tak masuk diakal. Novel
tersebut menceritakan kisah seorang pengembara yang datang ke sebuah negeri,
konon katanya negeri tersebut tidak pernah ada di peta, yaa, negeri senja,
seperti itu judulnya. Banyak hal-hal yang sulit diterima ketika membaca novel
Negeri Senja. Keadaan di Negeri Senja tidak pernah pagi, siang, atau malam, di
sana yang ada hanyalah keadaan senja. Tak ada yang mengetahui kapan senja tersebut
akan berganti malam.
Pada awalnya,
ada pemuda berkuda dari arah timur yang dianggap sebagai penyelamat negeri
senja, tetapi pemuda tersebut ternyata berbohong, dia bukanlah penyelamat
negeri senja. Setelah kejadian itu, pemuda itu dicincang, dibunuh, matilah
pemuda tadi. Di negeri senja banyak sekali kejadian yang bertentangan. Selain
pembunuhan tadi, terjadi juga pemerkosaan perempuan, tak tanggung-tanggung,
perempuan itu diperkosa oleh 20 orang sekaligus, lalu perempuan itu
disayat-sayat dan dibunuh.
Di tempat
penginapan pemuda tadi sering terdengar orang-orang berbicara, hulu-hilir,
tetapi saat ia keluar kamar, keadaan sepi, tidak ada siapa-siapa. Negeri Senja
dipimpin oleh seorang perempuan buta yang selalu memakai kerudung atau jubah
hitam, Tirana namanya. Tirana jarang sekali bicara, hampir tidak pernah, ia
hanya bicara pada pengawalnya. Konon, Tirana bisa membaca pikiran orang lain.
Tirana sudah memimpin Negeri Senja sejak lama, tak ada yang mengetahui apa
sebab perempuan buta itu bisa menjadi pemimpin. Tirana menjadi pemimpin ‘gelap’
bagi Negeri Senja. Banyak terjadi pembunuhan, pemerkosaan, pemberontakan,
penindasan di sana.
Negeri Senja,
tak seperti yang banyak diketahui orang-orang bahwa senja itu datangnya hanya
sebentar, tetapi meninggalkan keindahan yang sangat membekas. Keindahan senja
tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Keindahan senja banyak ‘membius’
sekitarnya. Namun, hal itu sangat jauh berbeda dengan Negeri Senja, di Negeri
Senja, tak ada malam, tak ada pagi dan siang. Di Negeri Senja, tak ada
kedamaian, yang ada pembunuhan dan pemberontakan.
Banyak sekali
pasukan ‘hitam’ di Negeri Senja. Terjadi juga upaya pembuhunan terhadap
perempuan buta sebanyak dua kali, tetapi hal itu tak pernah berhasil. Upaya
pembunuhan itu dilakukan oleh pasukan pisau belati, tak ada yang mengetahui
siapa yang memerintahkan mereka dan apa tujuan mereka untuk membunuh Tirana. Di
Negeri Senja ada seorang perempuan yang pantai berbicara (bercerita), ada
banyak orang-orang yang mendengarkannya, ia menjual ceritanya itu. Di Negeri
Senja juga terdapat sebuah menara yang sudah dibuat sejak 5.000 tahun yang
lalu. Negeri Senja belum juga berganti malam saat pemuda itu hendak kembali
atau keluar dari Negeri Senja.
Setelah saya
membaca isi cerita dari novel Negeri Senja, saya terdiam sejenak, seakan tak
percaya dengan cerita tersebut. Namun, saya tersadar, bahwa kejadian pada novel
Negeri Senja juga pernah ada di kehidupan nyata, hal itu tak dapat dipungkiri
lagi. Negeri Senja benar-benar sebuah Negeri yang tak dapat kita terima. Memang
lebih baik senja pada kehidupan kita saat ini, ia hanya datang sesaat, lalu
pergi.
Komentar
Posting Komentar