Sudah Satu Semester Kuliah
Waktu pertama kali Aku “writing camp” di Pesantren Riset
Al-Muhtada, kala itu Aku menuliskan pengalaman di hari pertama kuliah. Di hari
sebelum perkuliahan pertama di mulai, saat itu tengah meriah-meriahnya untuk
menyambut kedatangan mahasiswa baru. Tetapi, bukan seperti yang diharapkan.
Justru kami mahasiswa baru harus rela dengan sistem perkuliahan daring. Kami
telah melewatkan euforia penyambutan mahasiswa baru secara langsung, bukan
secara online. Tetapi, diadakannya secara online pun kami masih menikmati.
Kali ini Aku akan bercerita sedikit tentang pengalaman di
satu semester perkuliahan. Anggap saja ini menjadi curahan hati seorang
mahasiswa baru. Anggap saja ini sebuah coretan kecil, coretan ini nanti bisa
menjadi bahan bacaan bagi mereka yang akan masuk ke perguruan tinggi dan akan
merasakan hal yang sama seperti kami saat ini.
Hari demi hari, tugas demi tugas, uts, uas, kuota,
listrik, zoom, google meet, laptop, dan yang paling dekat adalah elena, itu
semua telah kami lalui bersama di satu semester ini. Aku tak begitu tahu apa
yang teman-temanku rasakan di satu semester kuliah ini karena pendapatnya pasti
berbeda-beda. Ada yang senang, ada juga yang biasa-biasa saja. Banyak juga dari
mahasiswa yang masih terkendala oleh sinyal, listrik mati, dan lainnya.
Aku sadar betapa sulitnya proses belajar di masa yang
serba online seperti sekarang ini, tidak mudah untuk memahami apa yang
disampaikan oleh dosen. Bukan hanya Aku yang beranggapan seperti itu, teman-teman
juga sepemikiran denganku. Memang tak bisa dipaksakan untuk kuliah secara
luring karena akan sangat berisiko. Padahal, kuliah luring lah yang harusnya
kami dapatkan. Sekali lagi, keadaan yang tak mengizinkan semua berjalan normal,
jauh berbeda dari biasanya.
Tentu bukan hanya kami yang merasakan sulitnya
pembelajaran di masa pandemi, ada adik-adik yang masih Paud, TK, SD, SMP, dan
juga SMA. Mereka semua merasakan hal yang sama dengan kami saat ini. Tetapi apa
boleh buat? Memang begini adanya. Kita hanya perlu menjalankan apa yang ada.
Belum lama ini perkuliahan di semester pertama telah
berakhir, nilai pun telah keluar. Aku sangat bersyukur dengan nilai yang ku
dapat, berapa pun nilainya.
“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia
tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak.” HR. Ahmad.
Pada dasarnya dalam mengharapkan sesuatu itu harus
didasari dengan ikhtiar dan doa. Keduanya haruslah seimbang. Aku pernah
mendengar bahwa usaha tanpa doa itu sombong dan doa tanpa ikhtiar itu sama saja
bohong.
Dari semua nilai yang didapat, pastinya ada yang harus
aku tingkatkan lagi di semester kedua nanti. Dan yang pasti saat perkuliah
telah usai, harus ada libur semester untuk mengembalikan lagi tenaga yang
terkuras selama satu semester ini. Aku juga harus pandai-pandai melatih
konsentrasi karena pada semester pertama yang paling menyulitkan adalah membuat
diri sendiri berkonsentrasi.
Kabar yang terdengar bahwa semester kedua pun akan
kembali daring. Ini tentu akan membuat kami semakin terbiasa dengan sistem
daring. Tetapi, saat semua sudah normal dan akan kembali luring, itu membuat
kami harus beradaptasi lagi dengan semuanya. Tentu harus dipersiapkan segala kemungkinan
yang akan terjadi ke depannya.
Ini hanya sedikit cerita dari banyaknya cerita di luar
sana oleh semua mahasiswa baru. Dan cerita ini akan terus berlanjut hingga
lulus nanti.
“Bermimpilah lebih besar, bekerja keraslah untuk
menggapai mimpi itu, dan tetaplah rendah hati”
Komentar
Posting Komentar