Kendalikan Jarimu

 Kita hampir setiap hari banyak menghabiskan waktu dengan membuka gadget kita. Mulai dari pembelajaran, dilanjutkan dengan whatsapp, facebook, instagram, twitter, youtube, bermain game online, sampai tiktokan jika kata anak zaman sekarang. Hal ini harusnya dapat dikurangi, apalagi kalau sekarang itu anak-anak yang usianya masih belum cukup untuk menggunakan hp justru sudah diberi izin oleh orang tuanya, alasannya karena kasihan sama anaknya sedangkan anak tetangga sudah punya hp sendiri. Jika keirian seperti ini terus-terusan, kedepannya bakal seperti apa jika anak kecil saja sudah diberikan bermain gadget, belum lagi jika anak kita tidak diawasi gerak-geriknya dalam bermain, bisa saja ia mendapat bisikan dari temannya, “Mendingan kamu buka situs yang ini aja! Keren-keren lho...” bukan menjadi masalah jika situs yang mereka buka adalah situs-situs positif, tapi bagaimana jika justru malah sebaliknya? Situs-situs yang tidak pantas mereka buka tetapi karena tidak adanya arahan atau bimbingan dari orang tua kita jadi mereka terbawa ajakan dari temannya tadi. Bukan hanya anak-anak, orang dewasa, bapak-bapak, bahkan ibu-ibu yang tadinya tidak mengerti media sosial sekarang jadi yang terdepan dalam mengupdate status di media sosial masing-masing. Belum lagi jika ada masalah pribadi, itu saya lihat pasti dimasukan ke ranah media sosial, masalah apa pun itu sebenarnya tidak harus kita share ke lingkungan luar, cukup kita dan keluarga kita yang mengetahui hal tersebut. Tetapi faktanya banyak sekali yang masih mengumbar masalah pribadinya di media sosial. Sebenarnya tujuannya apa? Ingin mencari sensasi atau ingin pansos jika dalam bahasa gaulnya, atau ingin dikasihani. Tentu saja itu tidak ada manfaatnya, lebih baik jika ada masalah kita selesaikan secara baik-baik, dari hati ke hati, memohon kepada Allah SWT. meminta petunjuk agar dimudahkan segala urusan kita. Bukan malah menyebarluaskan ke media sosial yang siapa saja bisa melihat hal tersebut.

Bukan hanya membagikan masalah pribadi ke media sosial, komentar-komentar dari pembaca atau netizen itu banyak sekali yang tidak sesuai dengan ajaran, agama mana saja tentu tidak mengajarkan umatnya berkata kasar atau bahkan menghina orang lain. Tetapi jika saya lihat di instagram, facebook, youtube, dan media sosial lainnya itu banyak sekali komentar-komentar pedas. Tentunya di sini kita harus perhatikan komentar kita kepada orang yang kita komentari agar tidak terjadi salah paham, mengingat di Indonesia sudah ada Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Jadi melalui UU ITE ini kita tidak bisa sembarangan dalam mengekspresikan pendapat kita, haruslah dengan kata-kata yang baik, sopan, tidak menyinggung perasaan orang lain. Kalau pun ingin mengkritik seseorang, kritiklah lewat puisi. Meskipun niat kita untuk mengkritik, tetapi setidaknya tidak menyakiti orang tersebut karena puisi tidak secara langsung mengarah pada orang itu, melainkan hanya menyindir, dan melalui puisi juga bisa dijadikan sebuah karya. 

Selain itu konten-konten atau apa pun yang kita bagikan di media sosial tetap harus melihat sekelilingnya, tentu saja media sosial sekali lagi bukan hanya orang dewasa dan orang tua saja yang memakainya, ada anak-anak di sana, jadi perhatikan unggahan kita, kendalikan diri kita, perhatikan jari kita dalam berkomentar. Belakangan ini cukup banyak konten-konten yang tidak pantas atau tidak mendidik yang dilihat oleh anak-anak, itu justru jadi trending di youtube misalnya, hal ini tentu dapat dilihat saat membuka youtube, kemudian masuk ke bagian trending dan di sana misalnya terdapat satu video yang tidak mendidik sama sekali justru ditonton oleh mereka.

Kegiatan anak-anak kita di media sosial tentu menjadi tanggung jawab bagi masing-masing orang tua. Orang tua harus bisa membatasi penggunaan gadget anak, begitu pula dengan anak remaja dan dewasa, harus bisa menjaga komentar dan unggahan di media sosial mereka, harus bisa kendalikan diri masing-masing agar tidak tergiur oleh hal-hal dianggap sedang tenar tetapi justru malah jadi hal yang merugikan. Kemudian untuk orang tua yang suka membagikan masalah pribadinya di whatapp atau facebook harus lebih memperhatikan keadaan, harus bisa berpikir panjang, “o iyaa, kalo saya unggah di media sosial nanti bakal banyak yang menghujat malahan, gak usah dehh” jika saja yang membagikan masalah pribadinya itu berpikir dua kali, pasti tidak akan ada yang mengeluhkan masalah pribadinya ke media sosial. Memang tidak semua yang Saya temui selalu membahas masalah pribadinya. Banyak juga yang membagikan hal-hal positif, tentu beragam sekali hal positif itu.

Pada hakikatnya kita boleh-boleh saja bermain gawai, tetapi haruslah ada batasannya. Di zaman seperti sekarang ini tidak elok rasanya jika kita negara dengan penduduk tersebar ke-4 di dunia tidak aktif dalam media sosial. Hal ini juga penting, agar  kita tidak ketinggalan update-an terbaru dari dunia. Hanya dengan alat kecil yang biasa kita genggam dan dibawa kemana-mana itu sudah mampu membuka seisi dunia. Hal ini pula yang bertujuan agar kita tidak ‘gaptek’ atau gagap teknologi ditengah perkembangan zaman yang begitu pesat. Dan perlu digarisbawahi, bahwasannya untuk penggunaan gawai pada anak-anak di bawah umur akan merusak pola pikir mereka, saran saya adalah mereka diberi buku-buku cerita anak, atau diberikan mainan yang dapat menggantikan kebiasaan mereka bermain hp. Kalau pun anak ingin bermain gawai sesekali, itu harus dalam pengawasan orang tua.

Tentu saja, kembali kepada diri kita masing-masing dalam menyikapi media sosial. Jaga etika kita karena media sosial bukan hanya milik kita sendiri, ada banyak orang di dalamnya, ada banyak pribadi yang berbeda karakter yang akan kita temukan di sana. Kita harus bijak dalam bermedia sosial, jangan sampai mengganggu ketentraman umum dan harus selalu ingat UU ITE. Terima kasih.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Desa Air Nyatoh dengan Seribu Bagan